Nama : Hasan Wijaya Silalahi
Kelas : 1KB04
NPM : 23112350
Ilmu Budaya Dasar
KEBUDAYAAN SUKU BATAK ” ULOS ”
ULOS
adalah sebuah kain tenun hasil karya suku Batak yang berbentuk selendang. Ulos
dikenal oleh suku Batak sejak abad ke-14, seiring masuknya alat tenun tangan
dari India. Umumnya, panjang ulos mencapai 2 meter dengan lebar 70 cm. Ulos
melambangkan cinta kasih seseorang terhadap sesama. Awalnya ulos berfunsi untuk
menghangtkan badan (sebagai selimut atau sebagai selendang untuk menutupi tubuh
dari udara dingin), tetapi pada zaman sekarang ulos memiliki fungsi simbolis untuk
hal-hal dalam kehidupan suku Batak. Setiap ulos memiliki makna tersendiri.
Dalam pandangan suku Batak, ada tiga unsur dalam kehidupan manusia, yaitu
darah, nafas, dan panas. Darah dan nafas adalah pemberian dari Tuhan, sedangkan
panas yang diberikan matahari tidaklah cukup untuk menghangatkan udara dingin
dipemukiman suku Batak, apalagi pada saat malam hari. Menurut suku Batak, ada
tiga sumber yang dapat memberi panas kepada manusia, yaitu matahari, api dan
ulos. Ulos berfungsi memberi panas yang dapat menyehatkan tubuh.
Cara
memakai ulos bermacam-macam tergantung pada situasinya. ada orang yang memaki
ulos dibahunya seperti memakai selendang, ada yang memakainya sebagai kain
sarung, ada yang melilitkannya dikepala dan ada pula yang mengikatnya secara ketat
dipinggang. Arti dan fungsi kain khas suku Batak ini sejak dulu hingga sekarang
tidak mengalami perubahan, kecuali berbeda variasi yang disesuaikan dengan
kondisi sosial budaya. Ulos kini tidak hanya berfungsi sebagai lambang
penghangat dan kasih sayang, melainkan juga sebagai lambang kedudukan, lambang
komunikasi, dan lambang solidaritas.
Ada
banyak sekali macam – macam ulos yang dibuat oleh suku Batak, yaitu :
1.
Ulos Ragidup
Ulos
ini merupakan ulos yang derajatnya paling tinggi. Pembuatan ulos ragidup adalah
pembuatan ulos yang sangat sulit. Disebut ulos ragidup karena terdiri dari
warna, lukisan, serta corak (ragi) yang memberi kesan meriah seolah-olah ulos
benar-benar hidup (idup). Ulos Ragidup merupakan sebuah simbol kehidupan.
Selain sebagai simbol kehidupan, ulos ini juga sebagai simbol doa restu untuk
kebahagian dalam sebuah kehidupan rumah tangga, yakni agar keluarga tersebut
memiliki banyak keturunan, banyak rejeki, dan panjang umur. Dalam upacara adat
perkawinan suku Batak, ulos ragidup diberikan oleh orang tua pengantin
perempuan kepada ibu pengantin lelaki agar si penerima ulos bisa menerima
menantunya dan dapat hidup bersama – sama.
2.
Ulos Ragihotang
Ulos
ini juga termasuk memiliki derajat yang tinggi, namun cara pembuatannya tidak
sesulit ulos ragidup. Ulos ini biasanya digunakan pada saat upacara pernikahan.
Ulos ini diberikan oleh orangtua mempelai perempuan kepada menantu lelakinya
atau yang biasa disebut ulos Hela. Disebut ulos ragihotang karena memiliki
makna kedua mempelai memiliki ikatan pernikahan yang kuat, yang tak mudah
dipatahkan seperti rotan (hotang).
3.
Ulos Sibolang Rasta
Ulos
ini juga digolongkan sebagai ulos berderajat tinggi, sekalipun cara
pembuatannya lebih sederhana. Ulos sibolang rasta biasa digunakan untuk keadaan
duka cita dan suka cita. Namun, warna hitamnya lebih banyak digunakan sebagai
perlambang kedukaan. Ulos ini diberikan kepada seorang wanita yang ditinggal
mati suaminya sebagai tanda menghormati jasanya selama menjadi istri almarhum.
Pemberian ulos tersebut biasanya dilakukan pada waktu upacara berkabung, dan
dengan demikian juga dijadikan tanda bagi wanita tersebut bahawa ia telah
menjadi seorang janda.
4.
Ulos Maratur
Ulos
ini memiliki motif garis – garis yang menggambarkan jejeran burung atau bintang
yang tersusun teratur. Sebagai perlambang sikap patuh, rukun, dan kekeluargaan.
Termasuk dalam hal kekayaan dan kekuasaan. Dan biasanya ulos ini digunakan
dengan harapan agar setelah anak pertama dalam sebuah keluarga lahir akan
menyusul kelahiran anak-anak lainnya sebanyak burung atau bintang yang terlukis
dalam ulos tersebut.
5.
Ulos Abit Godang
Ulos
yang memiliki harga yang cukup tinggi ini memiliki makna suatu harapan dari
orangtua agar anaknya berlimpah sukacita dan kebahagiaan. Konon, kain ini
memiliki tempat terhormat di mata masyarakat Batak – Toba.
6.
Ulos Mangiring
Ulos
inilah yang biasa digunakan sehari-hari. Ada pula yang digunakan sebagai
tali-tali (tutup kepala kaum pria) dan saong (tutup kepala wanita). Biasanya
ulos ini diberikan oleh orang yang dituakan kepada cucu-cucunya.
7.
Ulos Lobu – lobu
Ulos
ini tergolong dalam ulos yang jarang dikenal dan dimiliki. Biasanya hanya
digunakan oleh mereka yang dilanda kemalangan. Ulos ini tidak diperdagangkan.
Zaman dulu, ulos ini diberikan kepada anak perempuan yang sedang hamil supaya
proses melahirkan anak berjalan lancar, dan supaya bayi serta ibunya selamat
dan sehat.
8.
Ulos Runjat
Ulos
ini biasanya hanya dimiliki mereka yang memiliki status tinggi di masyarakat.
Hanya digunakan pada acara-acara khusus.
9.
Ulos Ragi Pakko
Ulos
ini biasanya digunakan sebagai selimut untuk menghangatkan tubuh dari udara
dingin.
Ulos ini biasanya dimiliki oleh orang yang sudah memiliki cucu anak lelaki dan anak perempuannya. Jarang sekali orang yang memiliki ulos ini, karena memiliki aturan yang sangat banyak.
Ulos ini biasanya dimiliki oleh orang yang sudah memiliki cucu anak lelaki dan anak perempuannya. Jarang sekali orang yang memiliki ulos ini, karena memiliki aturan yang sangat banyak.
*
Masih banyak macam – macam ulos lainnya, yaitu Ulos Ragi Botik, Ulos Ragi
Angkola, Ulos Sirata, Ulos Silimatuho, Ulos Holean, Ulos Tumtuman / Edang –
edang, dsb.
Kalau kita melihat ulos dari besar – kecil biaya pembuatannya, ulos dapat dibedakan dalam dua golongan :
1.
Ulos Nabalga
Ulos
ini adalah ulos kelas tertinggi. Jenis ulos ini pada umumnya digunakan dalam
upacara adat sebagai pakaian resmi atau sebagai ulos yang diserahkan atau
diterima. Yang termasuk didalam golongan ini ialah: Sibolang, Runjat Jobit,
Ragidup, dsb.
2.
Ulos Nametmet
Ulos
ini ukuran panjang dan lebarnya lebih kecil dan lebih murah daripada ulos
nabalga, tidak digunakan dalam upacara adat, melainkan untuk dipakai
sehari-hari.
Dikalangan
suku Batak sering terdengar kata “Mangulosi” yang artinya memberi Ulos. Dalam
hal mangulosi, ada aturan yang harus dipatuhi, antara lain seseorang hanya
boleh memberikan ulos/mangulosi kepada orang yang tingkat keturunannya berada
dibawahnya, misalnya orang tua boleh mangulosi anak, tetapi anak tidak boleh
mangulosi orang tua, karena dianggap pantang/tidak sopan. Lalu seorang anak
perempuan sama sekali tidak diperbolehkan memberikan ulos/mangulosi
saudara/kerabat dari ibunya. Ulos yang diberikan dalam mangulosi tidak boleh
sembarangan, baik dalam macam maupun cara membuatnya.
Pada
zaman sekarang banyak orang – orang yang kurang tertarik dan tidak mau memakai
kain ulos karena merupakan sebuah kain tradisional yang bahannya kasar dan
panas. Selain itu, merupakan akibat dari perkembangan teknologi yang
menghasilkan kain – kain yang lebih modern dengan bahan yang lembut dan dapat
menyerap panas. Akibat dari kurangnya pelestarian kain ulos, ulos hampir
direbut/diakui oleh negara lain sebagai sebuah kain hasil karya milik negaranya.
Jadi untuk itu, marilah kita melestarikan kain ulos dan kebudayaan tradisional
kita masing – masing agar tidak direbut oleh negara lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar