Manajemen Keuangan Risk and Return
Disusun Oleh : Hasan Wijaya Silalahi
NPM :
23112350
Mata Kuliah : Softskill
Program Studi Sistem Komputer Strata / S1
UNIVERSITAS GUNADARMA
Tahun ajaran
2013/2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR
BELAKANG
Ada
dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam
pengambilan keputusan keuangan, yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko
(risk) keputusan keuangan tersebut. Tingkat pengembalian adalah imbalan yang
diharapkan diperoleh di masa mendatang, sedangkan risiko diartikan sebagai
ketidakpastian dari imbalan yang diharapkan. Risiko adalah kemungkinan
terjadinya penyimpangan dari rata-rata dari tingkat pengembalian yang
diharapkan yang dapat diukur dari standar deviasi dengan menggunakan
statistika.
Suatu
keputusan keuangan yang lebih berisiko tentu diharapkan memberikan imbalan yang
lebih besar, yang dalam keuangan dikenal dengan istilah “High Risk High
Return”. Ada trade off antara risk dan return, sehingga dalam pemilihan
berbagai alternatif keputusan keuangan yang mempunyai risiko dan tingkat
pengembalian yang berbeda-beda, pengambilan keputusan keuangan perlu
memperhtungkan risiko relatif keputusannya. Untuk mengukur risiko relatif
digunakan koefisien variasi, yang menggambarkan risiko per unit imbalan yang
diharapkan yang ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi dibagi tingkat
pengenbalian yang diharapkan.
Risiko
keuangan terjadi karena adanya penggunaan hutang dalam struktur keuangan
perusahaan, yang mengakibatkan perusahaan harus menanggung beban tetap secara
periodik berupa beban bunga. Hal ini akan mengurangi kepastian besarnya imbalan
bagi pemegang saham, karena perusahaan harus membayar bunga sebelum memutuskan
pembagian laba bagi pemegang saham. Dengan demikian, risiko keuangan
menyebabkan variabilitas laba bersih (net income) lebih besar.
Jika
manajemen perusahaan dapat memanfaatkan dana yang berasal dari hutang untuk
memperoleh laba operasi yang lebih besar dari beban bunga, maka penggunaan
hutang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan akan meningkatkan return
bagi pemegang saham. Sebaliknya, jika manajemen tidak dapat memanfaatkan dana
secara baik, perusahaan mengalami kerugian.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas,maka masalah yang di
hadapi adalah :
· Perbedaan
antara risiko dan tingkat pengembalian
· Hubungan
antara risiko dan tingkat pengembalian
· Tipe
risiko dan sumbernya
· Bagaimana
cara menghitung risiko dan tingkat pengembalian
· Model
yang di gunakan pada risiko dan tingkat pengembalian
BAB
II
ISI
Definisi
Risiko dan Tingkat Pengembalian (Risk and Return)
a. Pengertian
Risk
Bila
ingin menjadi pengusaha sukses, maka anda harus berani menghadapi risiko.
Kalimat tersebut dianggap resep untuk menjadi pengusaha dianggap sukses.
Kehidupan usaha penuh dengan risiko, baik itu risiko finansial maupun
manajerial.
· Risiko
finansial
Berkaitan
dengan kegagalan usaha untuk merealisasikan rencana finansial yang telah
ditentukan.
· Risiko
manajerial
Berkaitan
dengan kegagalan pimpinan perusahaan dalam mengelola perusahaannya yang pada
akhirnya diukur dengan kegagalan finansial.
Risiko
dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran.
Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang
tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Dalam industri keuangan
pada umumnya, terdapat suatu jargon “high risk bring about high return”,
artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih besar, akan dihadapkan pada
risiko yang lebih besar pula. Contohnya dalam investasi saham. Volatilitas atau
pergerakan naik-turun harga saham secara tajam akan membuka peluang untuk
memperoleh hasil yang lebih besar, namun sebaliknya, jika harga bergerak ke
arah yang berlawanan, maka kerugian yang akan ditanggung sangat besar.[1]
Menurut
Ricky W. Griffin dan Ronald Ebert, risiko adalah uncertainty about
future event, adapun Joel G.Siegel dan Jae K.Sim mendefinisikan risiko pada
3 hal:
1. Keadaan
yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus dimana hasilnya dapat diperoleh
dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambilan keputusan
2. Variasi
dalam keuntungan penjualan atau variabel keuangan lainnya
3. Kemungkinan
dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi
perusahaan atau posisi keuangan
David
K. Eiteman, Arthur I Stonehill dan Michael H. Moffet mengatakan bahwa risiko
dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated
assets and liabilities. Sehingga secara umum risiko dapat ditangkap sebagai
bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya
dengan keputusan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan. Menurut
salah satu definisi, risiko (risk) adalah sama dengan ketidakpastian
(uncertainty). Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan
yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang
merugikan.
Dalam
penyusunan anggaran modal, suatu proyek investasi ( perluasan usaha /
penggantian aktiva tetap ) kita sering mengalami kegagalan setelah proyek
tersebut dilaksanakan. Hal ini karena kita tidak memperhitungkan unsur risiko
didalamnya.
Misal
: risiko aliaran kas ( cashflow ) dalam faktor diskonto ( dicountrate ) sebagai
biaya modal. Apabila aliran kas yang ada kita peroleh diwaktu yang akan datang
tidak ada risiko, berarti kita dapat menentukan dengan tepat, keputusan yang
akan diambil. Hal ini karena anggaran yang kita susun baik mengenai aliran kas
masuk ( cash in flow ) maupun aliran kas keluar ( cash out flow ) dianggap
pasti terjadi dimasa yang akan datang. Namun, jika terjadi penyimpangan, yang
tidak menguntungkan, maka perusahaan akan kesulitan menyesuaikannya, karena
risiko terjadinya penyimpangan tersebut belum ditentukan oleh perusahaan, lain
jika unsur risiko telah ditentukan didepan. Maka apabila terjadi penyimpangan
perusahaan akan lebih mudah menghitungnya.
Demikian pula
biaya modal yang harus dikeluarkan dalam anggaran modal. Apabila kita
menganggap bahwa COC yang akan dikeluarkan tanpa risiko, maka kita akan lebih
mudah menghitungnya. Namun, dalam kenyataannya COC tersebut kemungkinan akan
naik atau turun. COC yang turun bagi perusahaan akan menguntungkan, karena
perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih kecil, tetapi jika COC tersebut naik,
maka akan mengurangi kebutuhan perusahaan. Apabila perusahaan menganggap bahwa
biaya modal tersebut konstan/risiko, maka perusahaan dapat menggunakan tingkat
bunga bebas risiko ( freerate ).
Di
Indonesia, nampaknya belum ada tingkat bunga yang bebas risiko secara murni.
Tingkat bunga SBI yang biasanya digunakan sebagai acuan tingkat bunga bebas
risiko sebenarnya juga mengandung risiko. Walau lebih kecil risikonya
dibandingtingkat bunga deposito bank-bank di Indonesia. Apalagi dalam keadaan
keadaan perekonomian yang kurang menguntungkan. Besar tingkat risiko yang
dimaksukan dalam panilainaan investasi akan mempengaruhi besarnya hasil yang
diharapkan oleh pemodal. Apabila perusahaan membangdingkan tingkat risiko yang
tinggi pada suatu investasi yang dianggarkan, maka pemodal yang akan menanamkan
dananya pada investasi tersebut mengharapkan hasil/ mensyaratkan hasil (
required rate of return ) yang tinggi pula dan terjadi sebaliknya.
Memang
antara hasil dan risiko ( risk and return ) memiliki hubungan linear yang
berkebalikan. Semakin tinggi risiko, maka semakin tinggi hasil yang diperoleh.
Sebaliknya semakin rendah risiko maka semakin rendah pula hasil yang
diperoleh/disyaratkan.
Risiko
terhadap perusahaan tidak dapat dihindari, kita hanya dapat mengelola bagaimana
agar risiko tersebut sekecil mungkin mempengaruhi keputusan perusahaan. Risiko
yang terjadi diperusahaan ada yang dapat dikelola/diatasi perusahaan terdapat
pula risiko yang tidak dapat diatasi perusahaan.
Risiko
yang tidak dapat diatasi perusahaan ini biasanya karena tidak dapat dikontrol
oleh perusahaan. Risiko yang ada diperusahaan dapat dibedakan tiga jenis risiko
:
1. Risiko
individual
Risiko
yang berasal dari proyek investasi secara individu tanpa dipengaruhi oleh
proyek lain.
2. Risiko
perusahaan
Risiko
yang dapat diukur tanpa mempertimbangkan keanekaragaman yang
dihadapi/portofolio yang dilakukan oleh investor.
3. Risiko
pasar( market risk )
Risiko
investasi ditinjau dari investor yang menanamkan modalnya pada investasi yang
juga dilakukan oleh perusahaan dan perusahaan-perusahaan lain.
Risiko
investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara
actual return dan expected return, sehingga setiap investor dalam mengambil
keputusan investasi harus selalu berusaha meminimalisasi berbagai risiko
yang timbul, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Setiap perubahan kondisi
ekonomi baik mikro ataupun makro akan mendorong investor untuk melakukan
strategi yang harus diterapkan untuk tetap memperoleh return.
b. Pengertian
Return[2]
Return atau
pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, individu dan
institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan. Menurut R. J. Shook,
return merupakan laba investasi, baik melalui bunga atau deviden.
Beberapa
pengertian return yang lain :
· Return
on equity atau imbal hasil atas ekuitas merupakan pendapatan bersih
dibagi ekuitas pemegang saham.
· Return
of capital atau imbal hasil atas modal merupakan pembayaran kas yang tidak
kena pajak kepada pemegang saham yang mewakili imbal hasil modal yang
diinvestasikan dan bukan distribusi deviden.Investor mengurangi biaya investasi
dengan jumlah pembayaran.
· Return
on investment atau imbal hasil atas investasi merupakan membagi pendapatan
sebelum pajak terhadap investasi untuk memperoleh angka yang mencerminkan
hubungan antara investasi dan laba.
· Return
on invested capital atau imbal hasil atas modal investasi merupakan
pendapatan bersih dan pengeluaran bunga perusahaan dibagi total kapitalisasi
perusahaan.
· Return
realisasi merupakan return yang telah terjadi.
· Return
on network atau imbal hasil atas kekayaan
bersih merupakan pemegang saham yang dapat
menentukan imbal hasilnya dengan membandingkan laba bersih setelah pajak
dengan kekayaan bersihnya.
· Return
on sales atau imbal hasil atas penjualannya merupakan untuk menentukan
efisiensi operasi perusahaan, seseorang dapat membandingkan presentase
penjualan bersihnya yang mencerminkan laba sebelun pajak terhadap variable yang
sama dari periode sebelumnya.
· Return
ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor
di masa mendatang.
· Total
return merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu
periode tertentu.
· Return
realisasi portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return-return
realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut.
· Return
ekspektasi portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return-return
ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio.
c. Pengertian Risiko
dan Tingkat Pengembalian
Risk
and return adalah kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi, dan individu
dalam keputusan investasi yaitu, baik kerugian maupun keuntungan dalam suatu
periode akuntansi. Hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian
adalah:
1.
bersifat linear atau searah
2.
Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko
3.
Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi maka semakin
besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
4.
Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal.
d. Hubungan
Karakteristik dengan Risk and Return
Menurut
Paul L. Krugman dan Maurice Obstfeld, bahwa pada kenyataanya, seorang investor
yang netral terhadap risiko cenderung mengambil posisi agresif maksimum. Ia
akan membeli sebanyak mungkin aset yang menjanjikan hasil tinggi dan menjual
sebanyak mungkin aset yang hasilnya lebih rendah. Perilaku inilah yang
menciptakan kondisi paritas suku bunga. Adapun karakteristik tersebut secara
umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Takut
pada risiko (RISK AVOIDER)
Karakteristik
ini di mana sang decision maker sangat hati-hati terhadap keputusan yang
diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan tindakan yang sifatnya
mengindari risiko yang akan timbul jika keputusan diaplikasikan. Karakter
pebisnis yang melakukan tindakan seperti ini disebut dengan safety player.
2. Hati-hati
pada risiko (RISK INDIFFERENCE)
Karakteristik
ini di mana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu menghitung
terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan diaplikasikan. Bagi
kalangan bisnis, mereka menyebut orang dengan karakter seperti ini secara
ekstrem disebut sebagai tipe peragu.
3. Suka
pada risiko (RISK SEEKER atau RISK LOVER)
Karakteristik
ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Mereka terbiasa dengan spekulasi
dan itu pula yang membuat penganut karakteristik ini selalu saja ingin menjadi
pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi pekerja. Mental risk seeker adalah
mental yang dimiliki oleh pebisnis besar dan juga pemimpin besar. Karakter ini
yang paling mendominasi jika dilihat dari kedekatannya pada risiko.
· Pure
Risk (Risiko Murni) : suatu ketidakpastian terjadi, maka kejadian tersebut
pasti menimbulkan kerugian. Risiko murni dapat dikelompokkan menjadi 3
tipe risiko, yaitu:
1. Risiko
aset fisik: risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada aset fisik
suatu perusahaan/organisasi. Contoh: kebakaran, banjir, gempa, tsunami, gunung
meletus, dll.
2. Risiko
Karyawan: risiko yang disebabkan karena apa yang dialami oleh karyawan yang
bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Contoh : kecelakaan kerja yang
menyebabkan terganggunya aktivitas perusahaan.
3. Risiko
Legal : risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak tidak
berjalan sesuai dengan rencana. Contoh : perselisihan dengan perusahaan lain
sehingga adanya persoalan seperti penggantian kerugian.
· Speculative
Risk (Risiko Spekulatif) : suatu ketidakpastian akan terjadinya untung
atau rugi. Risiko ini dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe yaitu:
1. Risiko
Pasar: risiko yang terjadi dari pergerakan harga pasar. Contoh: harga saham
mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian.
2. Risiko
kredit: risiko yang terjadi karena counter party gagal
memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. Contoh : timbulnya kredit macet,
persentase piutang meningkat.
3. Risiko
likuiditas: risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. Contoh:
kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu membayar hutang secara tepat,
menyebabkan perusahaan harus menjual aset yang dimilikinya.
4. Risiko
operasional: risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak
berjalan lancar. Contoh: terjadi kerusakan pada komputer karena berbagai hal
termasuk terkena virus.
· Static
Risk (Risiko Statis) : mungkin sifatnya murni atau
spekulatif asalnya dari masyarakat yang tidak berubah yang berada
dalam keseimbangan stabil. Contoh : ketidakpastian terjadinya sambaran petir.
· Dynamic
Risk (Risiko Dinamis) : mungkin sifatnya murni atau
spekulatif timbul dari perubahan yang terjadi dalam
masyarakat. Contoh : urbanisasi, perkembangan teknologi.
· Subjective
Risk (Risiko Subyektif) : berkaitan dengan kondisi mental seseorang yang
mengalami keragu-raguan dan kecemasan akan terjadinya kejadian tertentu.
· Objective
Risk (Risiko Obyektif) : probabilitas penyimpangan aktual dari yang diharapkan
sesuai dengan pengalaman.
2. Sumber-sumber
Risiko
Menurut
Eduardus Tandelilin, sumber-sumber risiko adalah :
· Risiko
suku bunga. Naik turunnya suku bunga perbankan akan mempengaruhi keputusan
publik dalam menetapkan keputusannya. Jika suku bunga naik maka publik akan menyimpan
dananya di bank seperti dalam bentuk deposito, namun jika turun maka publik
akan menggunakan dananya untuk membeli saham.
· Risiko
pasar. Kondisi risiko pasar dapat dilihat pada saat fluktuasi pasar,
krisis moneter, dan resesi ekonomi.
· Risiko
Inflasi. Saat inflasi daya beli masyarakat turun, sedangkan saat normal
daya beli masyarakat naik.
· Risiko
Bisnis.
· Risiko
Finansial.
· Risiko
Likuiditas.
· Risiko
Nilai tukar mata uang
· Risiko
Negara. Berkaitan dengan keadaan politik.
Risiko
Sistematis, tidak sistematis dan Total
a. Systematic
Risk (Resiko sistematis)
Resiko
sistematis disebut juga dengan market risk atau resiko umum.
Resiko
sistematis adalah resiko yang bisa didiversifikasikan atau resiko
yang sifatnya mempengaruhi secara menyeluruh. Contohnya krisis moneter pada
tahun 1997 di Indonesia yang telah menyebabkan banyak sekali perusahaan yang
bangkrut dan meningkatnya angka pengangguran. Selain itu terjadi
pula pada tahun 2008 yaitu saat dunia dilanda krisis finansial yang salah
satunya disebabkan oleh kreditsubrime mortgage di Amerika Serikat (tahun
2008) yang sudah terlalu tinggi, dan ternyata tidak bisa diatasi lagi.
b. Unsystematic
Risk (Risiko tidak sistematis)
Unsystematic
Risk disebut
juga dengan resiko spesifik atau resiko yang dapat didiversifikasikan.
Resiko
yang tidak sistematis yaitu hanya membawa dampak pada perusahaan yang terkait
saja. Jika suatu perusahaan mengalami Unsystematic Risk maka
kemampuan untuk mengatasinya masih akan bisa dilakukan, karena
perusahaan bisa menerapkan berbagai strategi untuk mengatasinya. Contohnya
jika harga sekuritas perusahaan jatuh, maka perusahaan menerapkan berbagai
strategi investasi.
c. Total
Risk
Total
Risk adalah
gabungan atau penjumlahan antara Systematic Risk dan Unsystematic
Risk.
Rumus
menghitung total resiko:
4. Alternatif
–alternatif Menghindari Resiko
Untuk
menghindari resiko yang timbul terhadap aktivitas investasi yang dilakukan,
perlu dilakukan alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan. Alternatif
keputusan yang diambil adalah dianggap realistis dan tidak akan menimbulkan
masalah nantinya. Tindakan seperti ini dianggap sebagai bagian strategi
investasi. Bahwa berbagai keputusan-keputusan strategis akan menghasilkan nilai
yang lebih besar bagi perusahaan. Dimana tindak lanjut dari keputusan strategis
ini adalah dengan melibatkan secara maksimal sumber daya yang ada untuk
mengimplementasikan keputusan yang dimaksud dan menentukan pihak-pihak yang
bertanggung jawab atas implementasi ini. Artinya adalah resiko yang timbul
merupakan bentuk dari realita yang terjadi, yang mana resiko itu selalu saja
sulit untuk dihindari namun diusahakan resiko itu terjadi dalam jumlah yang
sangat minim.
5. Mengelola
Resiko
Dalam
aktivitas yang namanya resiko adalah pasti terjadi dan sulit untuk dihindari
sehingga bagi sebuah lembaga bisnis seperti perbankan sangat penting untuk
memikirkan bagaimana mengelola resiko tersebut. Dalam mengelola resiko pada
dasarnya ada 4 cara yaitu :
• Memperkecil
resiko, dengan cara tidak memperbesar setiap keputusan yang mengandung resiko
tinggi tapi membatasinya bahkan meminimalisirnya agar resiko tersebut tidak
menambah menjadi besar dan diluar kontrol manajemen perusahaan.
• Mengalihkan
resiko, dengan cara mengalihkan resiko yang kita terima tersebut ketempat lain
seperti mengasurasikan bisnis guna menghindari terjadinya resiko yang sifatnya
tidak tentu waktunya
• Mengontrol
resiko, dengan cara melakukan kebijakan mengantisipasi terhadap timbulnya
resiko sebelum terjadi, seperti memasang alarm terhadap mobil, menempatkan
satpam pada siang atau malam hari
• Pendanaan
resiko, dengan cara menyediakan dana cadangan (reserve) guna mengantispasi
timbulnya resiko dikemudian hari, seperti perubahan terhadap nilai tukar
dolar dipasaran maka kebijakan sebuah bank adalah harus memiliki
dana cadangan dalam bentuk dolar
Perhitungan
Risiko
Sekedar
informasi bahwa risiko yang terkecil itu adalah obligasi (bond) yang dijual
oleh pemerintah. Sedangkan risiko yang tertinggi adalah saham yang dijual oleh
perusahaan. Ada model perhitungan risiko yang paling sering dipergunakan
khususnya dalam investasi, yaitu secara standar deviasi dan varian. Untuk
melengkapi perhitungan ini agar lebih komprehensif, terutama jika timbul suatu
persoalan seperti penyebaran return yang diharapkan sangat besar, maka
dipergunakan perhitungan tambahan dengan menggunakan coefficient of variation
atau risiko relatif.
· Standar
deviasi atau simpangan baku adalah suatu estimasi probabilitas perbedaan return
nyata dari return yang diharapkan.
· Varian
(nilai kuadrat dari standar deviasi) adalah :
® Dalam
statistik, varian adalah ukuran penyerapan dari penyebaran probabilitas. Hal
ini merupakan pangkat dua deviasi standar. Misalnya, bila standar deviasinya
20, maka variannya adalah 400.
® Selisih
pendapatan, biaya, dan keuntungan terhadap jumlah yang direncanakan. Varian
dihitung pada pusat pertanggungjawaban, penganalisisan. Dan varian yang tidak
menguntungkan, diselidiki untuk mencari kemungkinan perbaikan.
· Coefficient
of variation adalah ukuran penyebaran relatif atau risiko relatif.
Contoh
soal :
Tabel
: Perhitungan Varians dan Standar Deviasi pada Salah Satu Jenis Sekuritas
Return
|
Probabiitas
|
Ri
(pri)
|
Ri
- E( R )
|
[Ri
- E( R )]²
|
[Ri
- E( R )]² pri
|
Ri
|
pri
|
||||
0,11
|
0,3
|
0,033
|
0,031
|
0,000961
|
0,0002883
|
0,09
|
0,2
|
0,018
|
0,011
|
0,000121
|
0,0000242
|
0,12
|
0,1
|
0,012
|
0,041
|
0,001681
|
0,0001681
|
0,05
|
0,2
|
0,010
|
-0,029
|
0,000841
|
0,0001682
|
0,06
|
0,1
|
0,006
|
-0,019
|
0,000361
|
0,0000361
|
7. Perhitungan
Return
A. PERHITUNGAN
EXPECTED RETURN PADA SUATU SEKURITAS
Untuk
menghitung return yang diharapkan dari suatu sekuritas yang harus dipahami oleh
seorang investor adalah dengan memahami probabilitas dari kejadian yang akan
terjadi.
Rumusnya:
Keterangan:
E
(R) = Expected Return atau return yang diharapkan dari suatu
sekuritas
Ri =
Return ke-i yang mungkin terjadi
Pri =
Probabilitas kejadian return ke-i
n =
banyaknya return yang mungkin terjadi
|
Contoh:
Ri
|
Pri
|
32%
|
0,06
|
14%
|
0,66
|
0%
|
0,14
|
-10%
|
0,07
|
B. PERHITUNGAN
EXPECTED RETURN PADA PORTOFOLIO
Apabila
seorang investor memiliki dana sebesar Rp.2 milyar dan melakukan keputusan
investasi pada portofolio A dan B.
SAHAM
|
JUMLAH
|
E
(R)
|
A
|
Rp.
800.000.000
|
10%
|
B
|
Rp.1.200.000.000
|
7%
|
Maka
kita dapat menggunakan rumus:
E
(RP) =X A.E (RA) + X B.E
(RB)
Keterangan:
E
(RP) = expected return portofolio
E
(RA) = expected return saham A
E
(RB) = expected return saham B
XA =
uang yang diinvestasikan pada saham A
XB =
uang yang diinvestasikan pada saham B
Maka,
E
(RP) = (800.000.000) (0.10) + (1.200.000.000) (0.07)
=
Rp.164.000.000
Persentasenya
E
(RP)% = x100%
=
8,2%
Maka
hasil hitungan dengan persentase akan memperlihatkan tingkat keuntungan untuk
portofolio 8,2% dari modal yang dimiliki oleh investor sebesar Rp.2 milyar.
C. MENGHITUNG
EXPECTED RETURN DARI SAHAM
Rumusnya:
Keterangan:
r
= keuntungan yang diharapkan dari saham
D1=
Dividen tahun 1
PO =
harga beli
P1 =
harga jual
Seorang
manajer keuangan melakukan analisa keuangan pada perusahaannya. Deviden tahun 1
yang diperoleh sebesar Rp.5000 dengan harga beli dan harga jual masing-masing
adalah sebesar Rp.250 dan Rp.270. maka kita dapat menghitung keuntungan yang
diharapkan dari saham tersebut adalah:
sehingga
kita memperoleh hasil keuntungan yang diharapkan dari saham tersebut adalah
Rp.20,8,-
9. Pengambilan
Keputusan Dalam Berbagai Kondisi
Tindak
lanjut dalam bidang investasi yang terpenting adalah pengambilan keputusan (decision
making). Ada berbagai kondisi yang sering muncul dalam pengambilan
keputusan namun secara umum dapat dibagi menjadi tiga saja, yaitu:
a. Kondisi
pasti
Dalam
kondisi pasti proses pengambilan keputusan yang dilakukan adalah
berlangsung tanpa ada banyak alternatif, keputusan yang diambil sudah jelas
pada fokus yang dituju. Ada beberapa teknik yang bisa dipergunakan
sebagai penyelesaian pengambilan keputusan dalam kondisi pasti ini, yaitu
menggunakan program linier atau secara aljabar linier, dan analisis jaringan
kerja.
b. Kondisi
Tidak Pasti
Pada
kondisi seperti ini proses lahirnya keputusan lebih sulit atau lebih
kompleks dalam artian keputusan yang dibuat belum diketahui nilai
probabilitas atau hasil yang mungkin diperoleh. Situasi seperti ini
dimungkinkan sekali terjadi dikarenakan minimnya informasi yang
diperoleh baik informasi yang sifatnya hasil penelitian maupun rekomendasi
lisan yang bisa dipercaya. Untuk menghindari timbulnya masalah dalam situasi
yang tidak pasti seperti ini adalah sebaiknya melakukan riset terlebih dahulu,
mencari informasi sebanyak mungkin dan mempergunakan beberapa metode
pengambilan keputusan yang paling sesuai dengan setiap kondisi masalah
yang mungkin timbul. Hal ini dapat menggunakan:
· metode
laplace → proses pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa
probabilitas terjadinya berbagai kondisi adalah sama besarnya.
· Metode
maximax → proses pengambilan keputusan dengan hanya mengutamakan hasil
yang paling optimistik dan mengabaikan sisi lain yang mungkin terjadi.
· metode
maximin→ proses pengambilan keputusan dengan memilih alternatif yang
minimalnya paling besar.
· metode
regret → proses pengambilan keputusana
dengan didasari pada hasil keputusan yang maksimal berdasarkan data
pada masa lalu sebagai bahan perbandingannya.
· metode
realism →proses pengambilan keputusan dengan menggabungkan metode
maximax dan maximin.
c. Kondisi
konflik
Pada
kondisi konflik maka pengambilan keputusan yang dilakukan akan menimbulkan
dampak yang mungkin saja dapat merugikan salah satu pihak. Dalam keadaan
seperti ini lahirnya keputusan sebelumnya telah diawali oleh keadaan yang
saling bertentangan antara satu pihak dengan pihak lainnya. Untuk menyelesaikan
masalah di sini biasanya dilakukan pendekatan secara teori permainan, yang
dalam dunia bisnis teraplikasi dalam bentuk tawar-menawar harga dan hingga
terealisasinya suatu kontrak atau kesepakatan.
BAB
III
KESIMPULAN
· Return dan
risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko (risk) yang
ditanggung, semakin besar pengembalian (return) yang harus
dikompensasikan. Sebaliknya, semakin kecil return yang diharapkan, semakin
kecil risiko yang ditanggung.
· Model
perhitungan risiko yang paling sering dipergunakan khususnya dalam investasi,
yaitu secara standar deviasi dan varian
· Tingkat pengembalian faktor yang perlu diperhatikan
adalah seperti harga saham,dividend yang perlu.
· Hubungan
antara risiko dengan tingkat pengembalian adalah:
1.
bersifat linear atau searah
2.
Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko
3.
Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi maka semakin
besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
4.
Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal
DAFTAR
PUSTAKA
· Brealey, Myers,
dan Marcus. 2007. Dasar- dasar Manajemen Keuangan. Perusahaan.
Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
· Fery
N. Indroes dan Sugiarto, Managemen Resiko Perbankan, 2006, hal. 7
· Irham
Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, Teori Portofolio dan Analisis Investasi “Teori
dan Soal Jawab”, 2009, hal. 151-152
· Guru
besar keuangan di Stanford University Graduate School of Business. Pada tahun 1990
mendapat hadiah Nobel di bidang ekonomi. Beliau merupakan salah satu orang yang
memunculkan pemahaman CAPM pada tahun 1960-an selain Lintner dan Mossin.
· Irham
Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi,2009,TEORI PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI:Teori
dan soal jawab,Alfabeta, Bandung, hal.140. Lihat juga Said Kelana Asnawi dan
Chandra Wijaya,2005, Riset Manajemen Keuangan, Gramedia, Jakarta, hal.36.
· Google.com
· Wikipedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar