ILMU SOSIAL DASAR
Dampak Positif dan Negatif Home Schooling Bagi Anak
NAMA :
HASAN WIJAYA SILALAHI
KELAS :
1KB04
NPM :
23112350
MATERI :
Dampak positif dan negatif home schooling bagi anak
DOSEN : IRA WINDARTI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan kita semua kesehatan ,dengan beriringan dengan doa dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Sosial Dasar ini dengan baik . Saya
mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yaitu ibu Ira Windarti yang telah memberikan tugas makalah yang
membahas tentang” Dampak positif
dan negatif home schooling bagi anak”.Walaupun ada sedikit kekurangan dalam penulisan
ini harap Ibu dosen dapat memakluminya karena saya masih dalam proses
belajar dan akan terus memperbaikinya .Saya mohon Ibu dapat memeriksa dan
melihat hasil tulisan saya.
Tak
lupa pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak teima kasih kepada
orang-orang yang telah mempostingkan materinya pada blog.
Depok, November 2012
Penulis
Hasan Wijaya Silalahi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
……………………….
2
DAFTAR ISI ………………………. 3
ABSTRAKSI ………………………… 4
BAB I : PENDAHULUAN ………………………
1.1 Latar
Belakang…………………… 5
1.2 Rumusan
Masalah……………………… 7
1.3
Tujuan………………………... 7
BAB
II : ISI …………………………….
2.1 Apakah dampak positif dari
homeschooling? …………………… 8
2.2 Apakah dampak negatif dari homeschooling
………………… 11
2.3 Apakah
persamaan dan perbedaan homeschooling dibandingkan
dengan sekolah pada
umumnya?.............................. 12
2.4 Faktor apa yang
membuat orang tua memilih homeschooling
untuk pendidikan anak
mereka?................................... 13
2.5 Problematika
homeschooling ? …………………… 13
BAB
III : PENUTUP …………………..
3.1 Kesimpulan
………………………….. 16
3.2 Saran
…………………….. 17
Daftar
Pustaka ……………………….. 18
ABSTRAKSI
Homeschooling
atau Sekolah-Rumah saat ini mulai dilirik para pengamat pendidikan nusantara.
Sebagai salah satu alternatif pendidikan, Homeschooling memiliki daya
tarik tersendiri yang tidak dimiliki sekolah. Para orang tua sedikit demi
sedikit mulai memilih untuk melanjutkan pendidikan anaknya melalui
Homeschooling. Hal ini ditempuh karena orang tua memandang Homeschooling lebih
tepat untuk mengembangkan bakat dan minat sang buah hati.
Jika
Homeschooling dipahami
sebagai model belajar otodidak dan mandiri, maka jejaknya telah dikenal sejak
dahulu. Di Indonesia, model
belajar ini banyak dijalani oleh para pedagang dengan sistem magang.Banyak tokoh dunia
‘lahir’ dari Homeschooling, seperti Albert Einstein,
Alexander Graham Bell, Agatha Christie, Thomas A. Edison, George Bernard Shaw,
Woodrow Wilson, Mark Twain, Charlie Chaplin, Charles Dickens dan Winston
Churchill.
Adapun
sekarang, telah banyak komunitas Homeschooling yang bermunculan. Komunitas yang
telah terbentuk antara lain Morning Star Academy, Komunitas Homeschooling
Berkemas, Homeschooling Kak Seto, dan KerLip.
Bagi orang tua yang
memilih Homeschooling, terdapat banyak alasan yang melatarbelakangi yaitu orang
tua ingin meningkatkan kualitas anak, tidak puas dengan kualitas pendidikan di
sekolah reguler, merasa keamanan dan pergaulan sekolah tidak kondusif bagi
perkembangan anak, menginginkan hubungan keluarga yang lebih dekat dengan anak,
merasa sekolah yang baik semakin mahal dan tidak terjangkau, memiliki keyakinan
bahwa sistem yang ada tidak mendukung nilai-nilai keluarga yang dipegangnya,
merasa terpanggil untuk mendidik sendiri anak-anaknya, sering berpindah-pindah
atau melakukan perjalanan, dan merasa bahwa anak-anaknya memiliki kebutuhan
khusus yang tidak dapat dipenuhi di sekolah umum.
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Pendidikan adalah hal yang
penting dalam hidup ini. Dengan pendidikan kita bisa balajar banyak hal. Kita
dapat melakukan kreatifitas-kreatifitas. Kita juga dapat mencetak sebuah
pribadi yang cerdas, mandiri, dan berwawasan. Hidup kita akan menjadi gelap tanpa
ada pendidikan. Hidup tanpa pendidikan membuat seseorang tidak mengerti makna
hidup, tidak mengerti tujuan hidup, dan buta akan segalanya.
Sehingga pendidikan adalah sebuah
pengalaman yang mampu membuat kita mengerti tentang beberapa hal. Pedidikan membuat
kita belajar tentang banyak hal yang ada di lingkungan sekita kita. Pendidikan
juga mampu menambah pengalaman hidup kita. Sehingga kita mampu memaknai setiap
peristiwa yang ada di sekitar kita.
Kini kita telah mengetahui ada
banyak alternatif pendidikan untuk anak. Mulai dari pendidikan yang formal,
non-formal, hingga informal. Sehingga membuat sebagian orang tua bingung dalam
memilih jalur pendidikan yang terbaik untuk anak mereka. Para orang tua tentu
menginginkan anak mereka mendapatkan pendidikan yang terbaik dan menjadi
seorang anak yang mampu memiliki pengetahuan yang bermanfaat. Mereka juga akan
memilih jalur pendidikan yang mereka anggap terbaik untuk anak mereka.
Selain Homeschooling, ada istilah
“home-education” atau “home-based learning” yang digunakan untuk
maksud yang kurang lebih sama yaitu, model alternatif belajar selain di . Salah satu pengertian
Homeschooling adalah sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sepenuhnya
atas proses pendidikan anak dengan berbasis rumah. Meskipun
demikian, pendidikan tidak selalu dilakukan orang tua saja. Selain mengajar
sendiri, orang tua dapat pula mengundang guru privat, mendaftar anak pada
kursus, melibatkan anak pada proses magang, dan sebagainya.
Menurut Direktur Pendidikan
Kesetaraan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Ella Yulaelawati,
Homeschooling adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan
terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dan proses belajar mengajar pun
berlangsung dalam suasana yang kondusif. Tujuannya, agar setiap potensi anak
yang unik dapat berkembang secara maksimal. Rumusan yang sama juga dipegang
oleh lembaga-lembaga pendidik lain yang mulai menggiatkan sarana penyediaan
program homeschooling.
Dari dua pendapat di atas saya ditarik kesimpulan bahwa
unsur-unsur Homeschooling adalah
v Model alternatif belajar selain di sekolah,
v Orang tua bertanggung jawab penuh,
v Pembelajaran tidak selalu dengan orang tua
sebagai fasilitator,
v Suasana belajar kondusif, dan
v Tujuannya agar setiap potensi unik anak
berkembang maksimal.
Macam-Macam pendidikan ada 3 yaitu pendidikan
formal, informal dan pon formal, perbedaannya adalah sebagai berikut :
Pendidikan formal adalah
kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari
sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf denganya;
termasuk ke dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum,
program spesialisasi, dan latihan profesional, yang dilaksanakan dalam waktu
yang terus menerus.
Pendidikan informal adalah
proses yang berlagsung sepanjang usia sehingga setiap orang memperoleh nilai,
sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup
sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk didalamnya adalah pengaruh kehidupan
keluarga, hubungan dengan tetanga, lingkungan pekerjaan, dan permainan, pasar,
perpustakaan, dan media masa.
Pendidikan non formal ialah
setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang
mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakanbagian penting dari kegiatan yang
lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu
didalam mencapai tujuan belajarnya.
Dengan banyaknya pilihan jalur
pendidikan yang ada di Indonesia ini tentunya membuat sebagian orang tua
bingung untuk memilih jalur yang terbaik untuk anak mereka. Saat ini yang
terlihat paling banyak diambil oleh para orang tua adalah jalur pendidikan yang formal. Seperti sekolah-sekolah milik
negara maupun swasta. Namun, disamping itu juga banyak jalur pendidikan yang
lain. Misalnya saja lembaga-lembaga privat, homeschooling, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kesetaraan (paket A, paket B, dan paket C). dan lain sebagainya.
Saat ini ada orang tua yang
kecewa dengan pendidikan formal seperti sekolah-sekolah. Mereka tidak puas dengan
sistem yang dimiliki sekolah-sekolah formal. Seperti sekolah formal yang
terlalu memfokuskan pada nilai rapor dan tidak memfokuskan pada kehidupan dan
kemampuan siswa-siswanya.
Di sekolah-sekolah pada umumnya
banyak anak-anak yang menyontek agar memiliki nilai rapor yang baik. Anak
menjadi cenderung berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai rapor yang baik.
Sehingga disaat anak-anak berambisi mendapatkan nilai yag tinggi namun tidak
diikuti dengan kemauan dan kemampuan, maka mereka mulai melakukan kecurangan-kecurangan
agar mendapatkan nilai yang tinggi. Hal inilah yang membuat sebagian orang tua
merasa kecewa dengan pendidikan yang ada di sekolah formal.
Ada sebagian orang tua yang
merasa tidak puas dengan sistem pengajaran di sekolah formal mencari jalan
pendidikan lain yang mereka anggap lebih baik dan mampu membimbing anak mereka
menjadi lebih baik. Pendidikan yang mampu menambah pengetahuan anak dan tidak
hanya untuk mendapatkan nilai saja. Para orang tua tentunya menginginkan
pendidikan yang terbaik untuk anak mereka. Sehingga mereka mencari dan memilih
pendidikan yang terbaik untuk anak mereka.
Dengan banyaknya jalur pendidikan
yang ada di Indonesia mampu membuat para orang tua leluasa memilih jalur
pendidikan yang mereka anggap terbaik untuk anak mereka. Seperti halnya Homeschooling.
Homeschooling saat ini
sudah menjadi istilah yang tidak asing lagi bagi kita. Homeschooling merupakan
jalan pendidikan lain selain pendidikan formal. Homeschooling merupakan
sekolah rumah. Homeschooling
merupakan pendidikan yang dilakukan di luar sekolah-sekolah formal.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apakah
dampak positif dari homeschooling?
2.
Apakah
dampak negatif dari homeschooling?
3.
Apakah
persamaan dan perbedaan homeschooling dibandingkan dengan sekolah pada umumnya?
4.
Faktor
apa yang membuat orang tua memilih homeschooling untuk pendidikan anak
mereka?
5.
Problematika
homeschooling ?
1.3
Tujuan
Makalah ini ditulis bertujuan
untuk lebih memahami apa saja kelebihan dan kekurangan dari homeschooling terhadap anak. Sehingga peserta didik maupun
orang tua mendapatkan pertimbangan akan mengambil jalur pendidikan yang mana yan
lebih daik.
Orang tua bisa membandingkan homeschooling dengan jalur-jalur pendidikan yang
lain.
Makalah ini dituliskan untuk
menambah wawasan orang tua maupun pendidik tentang jalur pendidikan yang ada di
Indonesia serta sebagai bahan pembanding dengan jalur-jalur lain yang ada saat
ini. Sehingga orang tua mampu memilih jalur pendidikan yang mereka anggap
terbaik untuk anak serta mengetahui peranan-peranan penting kita dalam mendidik
anak dan upaya-upaya apa saja yang perlu diperhatikan untuk pendidikan anak.
Setelah mengetahui dampak positif dan negatif dari homeschooling,
orang tua dapat mempertimbangkan apakah homeschooling adalah jalur
pendidikan yang cocok untuk anak mereka.
Untuk mengetahui apa persamaan
dan perbedaan homeschooling dengan sekolah pada umumnya serta
mengetahui faktor apa yang menyebabkan orang tua memilih homeschooling sebagai
sarana pendidikan untuk anak.
BAB II
ISI
2.1 Dampak Positif Homeschooling
Telah kita
ketahui sebelumnya bahwa homeschooling adalah sekolah rumah yang cukup
berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya. Homeschooling adalah sekolah yang
dilakukan di rumah atau langsung pada lingkungan yang ada. Homeschooling biasanya
dilakukan dengan jumlah siswa yang tidak banyak. Homeschooling mendidik langsung pada
obyek dan kenyataan yang ada dalam hidup. Lebih jelasnya adalah dengan obyek
kehidupan yang nyata yang bisa langsung dirasakan atau dilihat oleh peserta
didik.
Pendidikan homeschooling
ini adalah sarana pendidikan yang mandiri. Pendidikan yang mengupayakan peserta
didik belajar secara aktif dan memiliki pengendalian diri. Peserta didik mampu
memiliki kepribadian yang tangguh, akhlak yang mulia, dan
keterampilan-keterampilan yang diinginkan dan dibutuhkan oleh peserta didik
serta masyarakat. Homeschooling ini merupakan pendidikan yang dapat
menyesuaikan kondisi dan kebutuhan anak dan keluarga. Karena dengan sistem
pengajaran yang terpusat pada seorang siswa, pembimbing mampu dengan mudah
memahami karakter anak dan mampu membuat strategi-strategi yang sesuai untuk
anak. Hal ini dilakukan agar anak mampu menerima dan memahami sebuah pelajaran
dengan seksama. Jika seorang anak tidak memahami dengan apa yang diajarkan
pendidik, anak bisa langsung menanyakan atau bahkan mencari tahu apa yang
dimaksud oleh pendidik. Dengan demikian seorang anak mampu memahami secara
mendalam tentang pelajaran tersebut dan pengetahuan tersebut dapat melekat
dalam pribadinya.
Metode
pembelajaran tematik dan konseptual serta aplikatif menjadi beberapa poin
keunggulan homeschooling. Homeschooling memberi banyak
keleluasaan bagi anak didik untuk menikmati proses belajar tanpa harus merasa
tertekan dengan beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum. Setiap siswa
homeschooling diberi kesempatan untuk terjun langsung mempelajari
materi yang disediakan, jadi tidak melulu membahas teori. Mereka juga diajak
mengevaluasi secara langsung tentang materi yang sedang di bahas. Bahkan bagi
siswa yang memiliki ketertarikan di bidang tertentu, misalnya Fisika atau Ilmu
alam, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan observasi dan
penelitian sesuai ketertarikan mereka.Beberapa keunggulan lain homeschooling
sebagai pendidikan alternatif, yaitu karena sistem ini menyediakan pendidikan
moral atau keagamaan, lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik,
menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel. Juga memberikan kehangatan dan
proteksi dalam pembelajaran terutama bagi anak yang sakit atau cacat,
menghindari penyakit sosial yang dianggap orang tua dapat terjadi di sekolah
seperti tawuran, kenakalan remaja (bullying), narkoba dan pelecehan.
Selain itu sistem ini juga memberikan keterampilan khusus yang menuntut
pembelajaran dalam waktu yang lama seperti pertanian, seni, olahraga, dan
sejenisnya, memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik, dan
nonscholastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu. Homeschooling
juga memberikan metode pembelajaran yang lebih bebas, dimana anak didik tidak
harus bersekolah dan jauh dari orangtuanya, serta bebas menggunakan sarana
pembelajaran sendiri. Yang terpenting dalam adalah penanaman sikap mental
belajar sehingga anak didik bisa belajar dengan cara mereka sendiri serta belajar
dari siapa saja dan apa saja. Anak didik bisa belajar membuat rumah kepada
tukang bangunan, belajar mengolah sawah kepada petani, belajar memerah susu
kepada peternak sapi, belajar berjualan kepada pedagang, tanpa harus terikat
tempat dan waktu.
Peserta didik
homeschooling bisa lebih mandiri karena anak didik cenderung belajar
sendiri dan menemukan sesuatu sendiri dengan bantuan pendidik. Peserta didik
mencari tahu segala sesuatu yang ingin diketahuinya. Peserta didik memilih apa
yang disukainya dan apa yang tidak disukainya.
Peserta didik
bisa memiliki potensi yang lebih besar, karena dia tidak terikat dengan
standar-standar sekolah yang diatur oleh pemerintah. Di homeschooling
peserta didik lebih bebas berkreasi, karena peserta didik dapat melakukan apa
yang dia inginkan yang tentunya itu adalah mendidik peserta didik tersebut dan
mampu menambah wawasan peserta didik.
Dengan cara
kerja homeschooling yang mendidik siswa untuk mandiri, berkreatifitas
tinggi, dan mempelajari kehidupan yang secara langsung, maka siswa bisa lebih
siap terjun kedalam dunia nyata. Hal ini karena peserta didik memperoleh sebuah
pelajaran yang secara langsung menyangkut kehidupan sehari-hari.
Homeschooling ini cenderung membuat peserta
didik mampu menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua dan cenderung
terlindungi dari pergaulan bebas atau pergaulan yang tidak sesuai dengan norma,
karena peserta didik belajar tidak dengan banyak orang. Peserta didik lebih
tertutup dengan pergaulan diluar sana. Peserta didik belajar secara individu
dan tidak terkontaminasi dengan kehidupan bebas di luar sana. Peserta didik
mampu menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua dari diri mereka, karena di
dalam pembelajarannya peserta didik lebih banyak berkomunikasi dengan
orang-orang yang lebih tua dari mereka untuk menambah pengetahuannya sesuai
dengan apa yang dia inginkan.
Selain itu homeschooling
ini bersifat ekonomis. Dapat disesuaikan dengan kemampuan keluarga. Karena
segala biaya dan kebutuhan diatur oleh keluarga itu sendiri, sehingga keluarga
dapat menentukan apa saja yang mereka perlukan.
Homeschooling tidak menuntut orang tua untuk
serba tahu. Karena pembelajaran homeschooling dapat dilakukan di mana
saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Anak dapat belajar tentang sesuatu
yang ingin diketahuinya dengan mencari tahu hal tersebut sendiri maupun dengan
bantuan orang lain.
Nadhirin (2008)
berpendapat sebagai berikut.
Metode homeschooling
ada tiga jenis. Pertama, homeschooling tunggal, kemudian homeschooling
majemuk yang terdiri dari dua keluarga, dan yang terakhir homeschooling
komunitas.
1. Homeschooling
tunggal adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh orang tua dalam suatu
keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Dalam hal ini orang tua terjun
langsung sebagai guru menangani proses belajar anaknya, jika pun ada guru yang
didatangkan secara privat hanya akan membimbing dan mengarahkan minat anak
dalam mata pelajaran yang disukainya. Guru tersebut bisa berasal dari
lembaga-lembaga yang khusus menyelengarakan program homeschooling,
contonya adalah lembaga Asah Pena asuhan Kak Seto. Lembaga ini mempunyai tim
yang namanya Badan Tutorial yang terdiri dari lulusan berbagai jenis profesi
pendidikan.
2. Homeschooling
majemuk adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh dua atau lebih
keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan
oleh orang tua masing-masing.
3. Sementara homeschooling komunitas
adalah gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menentukan
silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, seni dan bahasa),
sarana/prasarana dan jadwal pembelelajaran. Dalam hal ini beberapa keluarga
memberikan kepercayaan kepada Badan Tutorial untuk memberi materi pelajaran.
Badan tutorial melakukan kunjungannya ke tempat yang disediakan komunitas.
Kelebihan-Kelebihan homeschooling
sebagai berikut.
1.
Lebih
memberikan kemandirian dan kreativitas individual bukan pembelajaran secara
klasikal.
2.
Memberikan
peluang untuk mencapai kompetensi individual semaksimal mungkin sehingga tidak
selalu harus terbatasi untuk membandingkan dengan kemampuan tertinggi,
rata-rata atau bahkan terendah
3.
Terlindungi
dari tawuran, kenakalan, NAPZA, pergaulan yang menyimpang, konsumerisme dan
jajan makanan yang malnutrisi.
4.
Lebih
bergaul dengan orang dewasa sebagai panutan.
5.
Lebih
disiapkan untuk kehidupan nyata.
6.
Lebih
didorong untuk melakukan kegiatan keagamaan, rekreasi/olahraga keluarga.
7.
Membantu
anak lebih berkembang, memahami dirinya dan perannya dalam dunia nyata disertai
kebebasan berpendapat, menolak atau menyepakati nilai-nlai tertentu tanpa harus
merasa takut untuk mendapat celaan dari teman atau nilai kurang.
8.
Membelajarkan
anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi dan lingkungan sosial.
9.
Masih
memberikan peluang berinteraksi dengan teman sebaya di luar jam belajarnya.
10. Customized, sesuai kebutuhan anak
dan kondisi keluarga.
11. Lebih memberikan peluang
untuk kemandirian dan kreativitas individual yang tidak didapatkan dalam model sekolah
umum.
12. Memaksimalkan potensi
anak sejak usia dini, tanpa harus mengikuti standar waktu yang ditetapkan di
sekolah.
13. Lebih siap untuk terjun
di dunia nyata (real world) karena proses pembelajarannya berdasarkan
kegiatan sehari-hari yang ada di sekitarnya.
14. Kesesuaian pertumbuhan
nilai-nilai anak dengan keluarga. Relatif terlindung dari paparan nilai dan
pergaulan yang menyimpang (tawuran, drug, konsumerisme, pornografi, mencontek,
dsb).
15.
Kemampuan
bergaul dengan orang tua dan yang berbeda umur (vertical socialization).
Biaya pendidikan dapat menyesuaikan dengan keadaan orang tua.
Biaya pendidikan dapat menyesuaikan dengan keadaan orang tua.
2.2 Dampak Negatif Homeschooling
Di dunia ini tidak ada yang
sempurna. Demikian juga dengan pendidikan anak. Tidak ada yang mampu
memeberikan pendidikan yang selalu berdampak positif. Setiap jalur pendidikan
tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena, itu kita
tidak bisa menilai bahwa jalur-jalur tertentu adalah jalur yang selalu baik dan
tidak memiliki dampak yang negatif. Sehingga orang tua hanya bisa memilih jalur
yang mereka anggap terbaik untuk mereka dan anak mereka.
Selain memiliki kelebihan, homeschooling
juga memiliki kekurangan. Misalnya peserta didik dari homeschooling
ini harus memiliki komitmen yang kuat antara siswa dengan pendidik tentang apa
yang akan dipelajarinya, waktu-waktu dalam pembelajaran kapan saja,
sarana-sarana apa yang ingin disediakan, situasi apa yang diinginkan, metode
seperti apa yang disenangi peserta didik, dan lain sebagainya. Salah
satu kekurangan yang paling menonjol dari homeschooling
adalah anak tidak bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.
Selain itu dalam homeschooling
sangat menuntut peran orang tua dalam mendidik anak. Tanpa ada dukungan orang
tua, pendidikan anak akan terasa percuma. Orang tua perlu memperhatikan
karakter anak, perkembangan dari anak, dan keinginan anak. Hal ini bertujuan
agar orang tua mampu berperan dengan baik dalam perkembangan anak.
Dalam homeschooling,
orang tua tentu cenderung melindungi buah hatinya. Namun perlindungan orang tua
yang cenderung berlebihan ini justru membuat anak menjadi sulit dalam
menyelesaikan masalahnya sendiri. Anak akan memiliki kemampuan yang terbatas
dalam menyelesaikan masalah-masalah sosialnya yang tidak dipikirkan sebelumnya,
karena anak kurang memiliki pergaulan dengan anak-anak yang seusianya, dan dia
telah terbiasa memiliki perlindungan lebih dari orang tuanya.
Nadhirin (2008) menyatakan bahwa
“kekurangan yang tidak bisa kita pungkiri adalah kurangnya interaksi dengan
teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman
berharga untuk belajar hidup di masyarakat. Kemungkinan lainnya anak didik bisa
terisolasi dari lingkungan sosial yang kurang menyenangkan sehingga akan kurang
siap nantinya menghadapi berbagai kesalahan atau ketidakpastian.”
Dengan adanya interaksi dengan
orang yang lebih tua saja, membuat anak menjadi sulit dalam bersosialisasi
dengan orang yang seusianya. Anak hanya mampu berinteraksi baik dengan orang
yang lebih tua darinya namun tidak mampu berinteraksi dengan baik dengan
teman-teman sebayanya.
Anak menjadi tidak mampu bekerja
dalam tim karena kecenderungannya yang bekerja secara individu. Anak telah
dididik secara mandiri dan secara individu membuat anak menjadi susah dalam
bekerja sama. Anak hanya memiliki pergaulan dengan orang tua atau pembimbingnya
saja. Homeschooling membuat anak tidak memiliki wawasan yang luas
dalam artian si anak menjadi kurang pergaulan. Karena anak tertutup dengan
pergaulan yang bebas diluar sana.
Ini adalah Point-point yang telah saya rangkum :
1. Butuh komitmen dan keterlibatan tinggi dari orang
tua
2. Sosialisasi seumur (horizontal socialization) relatif rendah dibandingkan anak sekolah karena anak homeschooling lebih terekspos dengan sosialiasi lintas umur (vertical socialization).
3. Ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work), organisasi, dan kepemimpinan.
4. Perlindungan orang tua dapat memberikan efek samping ketidakmampuan menyelesaikan situasi sosial dan masalah yang kompleks yang tidak terprediksi.
2. Sosialisasi seumur (horizontal socialization) relatif rendah dibandingkan anak sekolah karena anak homeschooling lebih terekspos dengan sosialiasi lintas umur (vertical socialization).
3. Ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work), organisasi, dan kepemimpinan.
4. Perlindungan orang tua dapat memberikan efek samping ketidakmampuan menyelesaikan situasi sosial dan masalah yang kompleks yang tidak terprediksi.
2.3
Persamaan dan Perbedaan Homeschooling dengan Sekolah pada Umumnya
Homeschooling
dan sekolah pada umumnya memiliki beberapa kesamaan. Beberapa kesamaan itu
antara lain adalah sama-sama sebuah sarana pendidikan yang bertujuan untuk
mendidik anak, homeschooling dan sekolah pada umumnya sama-sama sebuah
media pembelajaran, homeschooling dan sekolah pada umumnya sama-sama
mengantarkan anak pada tujuan pendidikan yang ingin dicapainya.
Selain itu homeschooling
dan sekolah-sekolah umum juga memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut antara
lain adalah:
1.
Apabila
sistem yang ada disekolah cenderung memiliki standar-standar tertentu sedangkan
pada homeschooling
cenderung disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi keluarga tersebut.
2.
Di
sekolah umum lebih berpedoman pada kurikulum, namun
homeschooling tidak
berpedoman pada kurikulum, melainkan lebih disesuaikan denan kondisi keluarga
yang ada.
3.
Jadwal
belajar di sekolah telah ditentukan dan sudah mutlak, namun jadwal belajar homeschooling adalah fleksibel. Jadwal belajar homeschooling dapat diatur sesuai dengan kesepakatan anak
dan orang tua maupun pembina homeschooling.
4.
Pada
sekolah umum, guru memiliki tanggung jawab atas peserta didik. Para orang tua
memberikan kepercayaan kepada guru pembina. Sedangkan pada homeschooling
orang tua bertanggungajawab
sepenuhnya atas anak. Orang tua harus selalu berpartisipasi dalam pendidikan
anak.
5.
Pada
sekolah, peran orang tua dalam membimbing anak cemderung tidak maksimal, karena
pendidikan sekolah dijalankan oleh sistem dan guru. Sedangkan pada homeschooling peran orang tua sangat penting, karena peran
orang tua juga sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak.
2.4
Faktor-Faktor Orang Tua Memilih Homeschooling
Orang tua tentu memiliki alasan
khusus dalam memilih homeschooling untuk anak mereka. Diantaranya
adalah para orang tua kecewa dengan pendidikan formal. Mereka menganggap bahwa
pendidikan formal gagal mendidik anak mereka. Pendidikan sekolah formal yang
selalu memprioritaskan nilai rapor siswa. Bahkan masalah politik pun juga
menjadi faktor orang tua yang lebih memilih homeschooling. Banyak
mafia peradilan di sini. Seperti pembohongan dan penipuan.
Permasalahan biaya juga menjadi
faktor orang tua memilih homeschooling. Pendidikan homeschooling
ini lebih ekonomis, karena mereka sendiri yang mengatur segala
keperluan-keperluan dalam pendidikan. Dan mereka bisa berhemat disini. Biaya
yang dikeluarkan untuk keperluan homeschooling tergantung pada keadaan
ekonomi keluarga. Apabila orang tua tidak memiliki biaya yang cukup, maka orang
tua bisa mengeluarkan biaya yang sehemat mungkin namun tetap dengan pendidikan
yang semaksimal mungkin.
Selain itu para orang tua juga
melihat dari segi orang-orang yang telah berhasil dalam hidupnya. Ada banyak
tokoh yang berhasil dengan belajar secara mandiri. Tokoh-tokoh yang berhasil
itu kebanyakan belajar langsung dari kehidupan. Belajar dengan media nyata
berupa kehidupan-kehidupan yang dijalani mereka.
2.5
Problematika Home Schooling
1. Bagaimana Masa Depan Anak Homeschooling?
Untuk memasuki masa depan yang
dibutuhkan adalah keahlian dalam bidang tertentu. Lebih lanjut Sumardiono
menjelaskan bahwa salah satu tanda keahlian ditandai dengan ijazah/sertifikat
dari sebuah jenjang pendidikan tertentu. Selain itu ukuran keahlian adalah
hasil karya.
Jika ijazah yang diperlukan untuk memasuki Perguruan Tinggi, maka anak Homeschooling dapat menempuhnya melalui ujian kesetaraan (Paket A, B,dan C). Jika sertifikat yang menjadi pintu profesi, praktisi Homeschooling dapat mengikuti kursus dan program sertifikasi yang diselenggarakan oleh asosiasi profesi dan perusahaan swasta tertentu. Bentuk kursus profesi dan program sertifikasi adalah dalam bidang komputer, bahasa, seni, dan lain-lain. Adapun sekarang, perusahaan swasta semakin menghargai “portofolio karya/kemampuan” daripada sekedar ijazah. Inilah yang dimaksud dengan ukuran keahlian berupa hasil karya . Bentuk profesi berorientasi output seperti bisnis, komputer, marketing, fotografi, entertainment, tulis-menulis, dan desain, sekarang semakin luas dan memiliki masa depan cerah.
Jika ijazah yang diperlukan untuk memasuki Perguruan Tinggi, maka anak Homeschooling dapat menempuhnya melalui ujian kesetaraan (Paket A, B,dan C). Jika sertifikat yang menjadi pintu profesi, praktisi Homeschooling dapat mengikuti kursus dan program sertifikasi yang diselenggarakan oleh asosiasi profesi dan perusahaan swasta tertentu. Bentuk kursus profesi dan program sertifikasi adalah dalam bidang komputer, bahasa, seni, dan lain-lain. Adapun sekarang, perusahaan swasta semakin menghargai “portofolio karya/kemampuan” daripada sekedar ijazah. Inilah yang dimaksud dengan ukuran keahlian berupa hasil karya . Bentuk profesi berorientasi output seperti bisnis, komputer, marketing, fotografi, entertainment, tulis-menulis, dan desain, sekarang semakin luas dan memiliki masa depan cerah.
2. Ijazah Homeschooling
Lebih lanjut menerangkan
pembahasan sebelumnya mengenai ijazah bagi anak Homeschooling, sebenarnya tidak
ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan dan dipermasalahkan. Di Indonesia telah
terbentuk ASAH PENA (Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif) yang
dimotori tokoh-tokoh pendidikan nasional seperti Kak Seto, M. Fauzil Adhim,
Dewi Hughes, dll, serta dibina Departemen Pendidikan Nasional
bidang Pendidikan Luar Sekolah. Walaupun secara formal belum ada
Undang-undang yang mengatur Homeschooling, tetapi Homeschooler dapat mengikuti
ujian kesetaraan yang diselenggarakan Departemen Pendidikan Nasional
(DEPDIKNAS). Bahkan, ijazah dengan akreditasi internasional dapat diperoleh
melalui lembaga-lembaga formal di Eropa dan Amerika melalui ujian jarak jauh.
4. Homeschooling Mahal?
Mahal atau murahnya setting
Homeschooling tergantung pada keluarga yang menyelenggarakan Homeschooling .
Yang pasti Homeschooling tidak gratis karena orang tua perlu menyiapkan
materi-materi belajar untuk pendidikan anaknya dan untuk memperkaya wawasan
orang tua itu sendiri. Homeschooling dapat menjadi murah jika orang tua
dapat memanfaatkan sumber daya yang sudah dimiliki sendiri, misalkan
barang-barang yang di rumah, keluarga, teman, tetangga, dan fasilitas-fasilitas
umum yang ada. Orang tua tidak harus membeli, tetapi dapat meminjam, membeli
barang bekas, melakukan daur-ulang (recycle), dan sebagainya.
Sebagai catatan, penyelenggaraan
Homeschooling adalah fleksibel, tidak seperti sekolah formal yang mengharuskan
orang tua mengeluarkan biaya tetap yang telah ditetapkan untuk biaya gedung,
seragam, buku, iuran bulanan, dll . Orang juga akan merasakan dampak perubahan
kurikulum yang diterapkan sehingga menjadikan mereka harus membeli buku
pelajaran sesuai kurikulum terbaru bagi anaknya. Padahal secara substansial
buku ‘sang kakak’ masih dapat dipakai. Bukankah secara garis besar isinya sama?
5. Orang Tua Perlu Harus Serba Tahu?
Orang tua tidak harus menjadi
orang yang serba tahu jika ingin meng-Homeschool anaknya. Yang terpenting dalam
Homeschooling adalah penanaman sikap mental belajar kepada anak-anaknya
sehingga mereka dapat belajar kapan saja, dimana saja dan bersama siapa saja.
Di sisi yang berlawanan ini tidak atau kurang dapat diterapkan oleh anak yang
menempuh pendidikan formal di sekolah karena mereka disibukkan dengan tumpukan
pekerjaan rumah, belajar untuk ulangan, les dan sebagainya, yang belum tentu
mereka nikmati.
Saya menegaskan bhwa orang
tua atau guru Homeschool ‘sangat tidak diharapkan’ menjadi ‘kamus berjalan’
yang harus menjawab semua hal yang ditanyakan Homeschooler. Bahkan poin penting
yang ditekankan Homeschooling adalah penanaman pada Homeschooler untuk
‘bagaimana belajar’ sehingga diharapkan mereka menjadi pembelajar mandiri.
6. Homeschooling Minim Interaksi Sosial
Kritik terhadap sosialisasi pada
Homeschooling bukanlah hal yang baru. Di Amerika Serikat yang tradisi
Homeschooling-nya lebih matang (sekitar tiga juta siswa dengan pertumbuhan 15%
per tahun) pun, kekhawatiran terhadap sosialisasi Homeschooler belum dapat ditepis
seluruhnya . Persepsi yang sangat kuat itu muncul dari masyarakat umum yang
melihat proses Homeschooling dari kejauhan.
Lebih lanjut menyebutkan bahwa penelitian mengenai sosialisasi Homeschooler justru menunjukkan sebaliknya. Anak-anak HS memiliki beragam kegiatan sosialisasi teman sebaya maupun keterlibatan di masyarakat yang ada di sekitarnya. Menurut penelitian, keterlibatan sosial anak-anak Homeschooling lebih baik dibandingkan dengan teman-teman mereka yang belajar di sekolah umum. Diantara penelitian itu dilakukan oleh Dr. Brian Ray, presiden dari the National Home Education Research Institute (NHERI) terhadap 5,402 siswa Homeschooling di Amerika Serikat.
Lebih lanjut menyebutkan bahwa penelitian mengenai sosialisasi Homeschooler justru menunjukkan sebaliknya. Anak-anak HS memiliki beragam kegiatan sosialisasi teman sebaya maupun keterlibatan di masyarakat yang ada di sekitarnya. Menurut penelitian, keterlibatan sosial anak-anak Homeschooling lebih baik dibandingkan dengan teman-teman mereka yang belajar di sekolah umum. Diantara penelitian itu dilakukan oleh Dr. Brian Ray, presiden dari the National Home Education Research Institute (NHERI) terhadap 5,402 siswa Homeschooling di Amerika Serikat.
Model sosialisasi Homeschooling
memang berbeda dengan model sosialisasi sekolah. Dalam model sosialisasi
Homeschooling, anak lebih banyak terekspos dengan model sosialisasi lintas
umur, baik ketika belajar di rumah maupun di luar rumah. Ekspose dengan model
sosialisasi lintas-umur inilah yang justru dinilai sebagai kekuatan karena
merupakan cermin dari realitas masyarakat yang sesungguhnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beberapa keuntungan dari homeschooling
antara lain adalah anak memiliki kepribadian yang kuat, pembelajaran dapat
disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan anak, tidak terikat dengan kurikulum
yang berlaku pada sekolah formal pada umumnya, lebih memiliki kemampuan dalam
kehidupan nyata karena anak belajar dari kehidupan sehari-hari, anak terlindung
dari pergaulan bebas, mampu berinteraksi dengan orang yang lebih tua darinya,
dan terhindar dari penyelewengan yang ada di sekolah formal seperti mafia
peradilan.
Namun selain memiliki keuntungan,
homeschooling juga memiliki kerugian. Diantaranya adalah anak kurang
bisa bekerja sama dengan orang lain sehingga susah apabila anak dihadapkan pada
situasi yang membutuhkan kerja sama, anak kurang memiliki pergaulan karena anak
hanya berinteraksi dengan sebagian orang saja dan anak juga belajar secara
individu, anak homeschooling biasanya cenderung manja karena anak homeschooling
ini memiliki perlindungan yang lebih dari orang tua mereka. Sehingga
terkadang anak homeschooling kurang mampu dalam menghadapi masalah
yang tidak pernah diduga olehnya.
Beberapa faktor yang menyebabkan
orang tua lebih memilih homeschooling dari pada sekolah formal pada
umumnya antara lain adalah kekecewaan orang tua dengan sistem pendidikan di
sekolah formal yang memprioritaskan nilai rapor saja, ketidak percayaan lagi
orang tua dengan kejujuran di dalam lembaga pendidikan formal ini, mahalnya
biaya sekolah formal, mereka melihat dari orang-orang yang telah berhasil di
dunia ini kebanyakan adalah karena mereka belajar sendiri, belajar dari
kehidupan sehari-hari, serta ingin meyekolahkan
anak ke luar negeri.
3.2 Saran
Semua sistem pendidikan memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Satu sistem sesuai untuk kondisi
tertentu dan sistem yang lain lebih sesuai untuk kondisi yang berbeda. Sehingga
daripada mencari sistem yang super, lebih baik mencari sistem yang sesuai
dengan kebutuhan anak-anak dan kondisi keluarga.
Sistem pendidikan anak di sekolah
memang sudah umum dan tela dipraktekkan selama bertahun-tahun. Dan sekolah
telah menjadi pilihan hampir seluruh masyarakat. Namun sekolah bukan
satu-satunya cara bagi anak untuk memperolah pendidikan bagi mereka. Sekolah
hanyalah salah satu cara bagi anak untuk belajar dan memperoleh pendidikannya.
Sebagai sebuah institusi/sistem belajar, sekolah tidaklah sempurna. Itulah
sebabnya, selalu ada peluang pembaruan untuk memperbaiki sistem pendidikan.
Sebagai sosok yang bertanggung jawab untuk mengantarkan anak-anak pada masa
depannya, orang tua memiliki tanggung jawab sekaligus pilihan untuk memberikan
yang terbaik bagi anak-anak.
Dari berbagai kelebihan dan
kekurangan homeschooling hendaknya para orang tua mampu memilih sarana
pendidikan yang terbaik bagi anak. Orang tua mampu memahami setiap karakter
anak dan mampu memahami keinginan seorang anak. Agar pendidikan tetap berjalan
baik dan anak mampu menerima pengetahuan, hendaknya peranan orang tua dan
situasi atau keadaan sekitar lingkungan tetap mampu mendukung kegiatan belajar
anak dimanapun anak berada. Karena peran orang tua sangatlah mendukung dalam
proses pendidikan anak. Hendaknya orang tua selalu memantau perkembangan anak.
Orang tua hendaknya memahami jalur pendidikan yang sesuai dengan keadaan anak
mereka.
Walaupun
anak memilih jalur pendidikan formal yang saat ini sudah umum, orang tua
haruslah tetap memberikan pelajaran diluar pendidikan formal tersebut. Misalnya
saja dengan mengajak anak pergi ke kebun raya, melihat benda-benda bersejarah
di museum, dan lain sebagainya. Sehingga anak tidak terpaku pada pendidikan
formal saja.
DAFTAR PUSTAKA
Ryan. 2010. Homeschooling
Alternatif Pendidikan Berkualitas bagi Anak, (online), (http://humas.sragenkab.go.id/?p=319, diakses 24 Oktober 2010).
Sumardiono. 2008. Suatu Studi Seputar
Penyelenggaraan HomeschoolingdiI Jabotabek, (online), (http://www.sekolahrumah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1532&Itemid=71, diakses 1 November
2010).
Nadhirin, Arif Luqman. 2008. Homeschooling
Sebagai Pendidikan Alternatif, (online), (http://nadhirin.blogspot.com/2008/07/home-schooling-sebagai-pendidikan_11.html, diakses 28 Oktober
2010).
Amien, Saiful. 2010. Pendidikan Formal, Non
Formal, dan Informal, (online), (http://benramt.wordpress.com/ruang-pails/iv-pendidikan-formal-non-formal-dan-informal/, diakses 30 Oktober
2010).
Dweehan. 2009. Model Pengembangan Sistem
Pendidikan, (online), (http://www.pnfi.kemdiknas.go.id/artikel/20090915092455/Homeschooling–Model-Pengembangan-Sistem-Pendidikan.html, diakses 28 Oktober
2010).
News@Indosiar.com. 2007. Homeschooling : Sekolah Rumah atau
Rumah Sekolah, (Online).
Permanasari, I. & Napitupulu, E.L. 2007. Sekolah-Rumah,
Pilihan untuk Kembangkan Potensi Anak. Homeschooling Rumah Kelasku, Dunia
Sekolahku. PT Kompas Media Nusantara.
Sasongko, D. 2007. Home Schooling Perspektif Baru
bersama Wimar Witoelar, (Online). (www.perspektifbaru.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar